0
Laporan Perjalanan MUSIUM BANK INDONESIA
Posted by Fikri Ramadhan
on
23.04
MUSEUM BANK INDONESIA
MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Nama:
Muhammad Bagas Maziz(13117906)
Dea Audina Hartati(11117473)
Fikri Ramadhan(12117355)
Rozan Siregar(15117407)
Muhamad Syahdan(117200)
Sindi Fernanda(15117693)
Surya Nugraha(15117801)
Kelas: 1KA16
Kelompok 3
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bank Indonesia (BI)
adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini memiliki nama lain De Javasche
Bank yang dipergunakan pada masa Hindia Belanda. Sebagai bank sentral, BI
mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan
nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang
negara lain. Yang kita tahu BI adalah bank yang secara sah mengedarkan mata
uang RI, namun kita tidak tahu apa dan bagaimana sejarah BI dari awal
terbentuk. Maka dari itu kami memilih Musium Bank Indonesia sebagai tujuan
perjalanan kami.
B.
Tujuan
Tujuan diadakan laporan
perjalanan ini untuk menginformasikan atau berbagi ilmu pada pembaca agar
mengetahui sejarah BI, sehingga pembaca tertarik untuk mengunjungi Musium Bank
Indonesia.
C.
Waktu
dan Tempat Kegiatan
Hari, tanggal : Minggu, 1 september 2017
Lokasi : Musium BI, Kota Tua, Jakarta
D. Peserta
Kegiatan
Kegiatan
diikuti oleh kelompok 3 yang terdiri dari 8 orang
E. Pembiayaan
Biaya dalam melakukan
perjalanan wisata ini sebesar Rp 55.000,- dengan rincian sebagai berikut:
ü Transportasi
: Rp 20.000,-
ü Makan
dan Minum : Rp 30.000,-
ü Tiket
Masuk : Rp 5.000,-
ISI
LAPORAN PERJALANAN
1.
Laporan
Perjalanan
·
08:00-09:30 : Semua kelompok kumpul di Stasiun Pondok Cina,
Depok
·
09:30-10:00 : Pengarahan atau yang belum membeli tiket
kereta , membeli
terlebih dahulu (ke St. Jakarta Kota) dan berdoa sebelum
keberangkatan.
terlebih dahulu (ke St. Jakarta Kota) dan berdoa sebelum
keberangkatan.
·
10:00-11:30 :
Menuju Museum Bank Indonesia (kota tua) dengan kereta menuju
jalur Jakarta Kota.
jalur Jakarta Kota.
·
11:30-12:00 : Sampai di Stasiun Jakarta Kota , lalu kami berkumpul
di luar
kereta, setelah itu kami berjalan bersama ke Museum Bank
Indonesia
kereta, setelah itu kami berjalan bersama ke Museum Bank
Indonesia
·
12:00 : Sesampainya di Museum Bank
Indonesia, ternyata museum baru
baru dibuka pukul 13.00 wib.
baru dibuka pukul 13.00 wib.
·
12:30 : Akhirnya
kelompok kami makan terlebih dahulu sambil nunggu
Museum Bank Indonesia buka.
Museum Bank Indonesia buka.
·
12.30-13:00 : Kami berkeliling mencari makan.Dan menemukan
sebuah cafe
yang bernama “CAFE BATAVIA”. Setelah liat menu kami
yang bernama “CAFE BATAVIA”. Setelah liat menu kami
mutuskan untuk
tidak jadi makan di sana karena terlalu mahal.
Tapi sempet ngadem
sebentar sambil liat menu.
·
13:00-13:30 :
Kami kembali ke Museum Bank Inonesia, yang ternyata sudah
penuh, lalu kami antri di depan pintu masuk, sekitar 30 menit
mengantri akhirnya kami masuk.
penuh, lalu kami antri di depan pintu masuk, sekitar 30 menit
mengantri akhirnya kami masuk.
·
14:00 : Sebelum masuk ke dalam kami membeli tiket
terlebih dahulu,
hanya 1 orang dalam kelompok yang mengantri tiket. Ada
peraturan dilarang membawa tas, tas kami harus
dititipkan dipenitipan tas.
hanya 1 orang dalam kelompok yang mengantri tiket. Ada
peraturan dilarang membawa tas, tas kami harus
dititipkan dipenitipan tas.
·
14:30-15:50 : Kami berbagi tugas untuk yang memfoto
,menulis dan juga
mengarahkan. Di sini kami mengelilingi museum BI dan
memotret apa saja yang ada di museum.
mengarahkan. Di sini kami mengelilingi museum BI dan
memotret apa saja yang ada di museum.
·
15:00 : Setelah selesai semuanya, Kelompok
kami menuju pintu keluar
Musium BI.
Musium BI.
·
15:15
: Kami berkumpul di
stasiun Jakarta Kota, lalu kami makan
bersama kemudian sholat.
bersama kemudian sholat.
·
16:00 : Kami pulang menggunakan
kereta arah Bogor.
2. Alur dan Objek Kegiatan
Sesuai dengan kesepakatan , kita sekelompok
berkumpul di Stasiun Pondok Cina pada jam 08:00 WIB dan melakukan pembelian
tiket (bagi yang belum) lalu kita berdoa . perjalanan menuju Stasiun Jakarta
Kota tidak ada kendala ,lancar lancar saja hanya dari St Pocin sampai manggarai
kami tidak duduk karena penuh.
Sekita jam 11:30 kami
sekelompok sampai di St Jakarata Kota , lalu kami berkumpul lagi diluar
kereta,setelah itu kami berjalan menuju Museum Bank Indonesia , sampai disana
sekitar jam 12 :00 an yang ternyata hari itu Museum BI baru dibuka sekitar jam
13:00 , alhasil kita keliling sekitar Kota Tua dulu untuk makan sambil menunggu
Museum BI buka.
Setelah itu kami makan
makan dulu dan sholat dzuhur , selesai sekitar jam 13:00 kami sekelompok
kembali lagi menuju Museum BI , sampai disana ternyata Museum BI sudah penuh
akhirnya kita cukup lama mengantri sekitar 30 menitan.
Sekitar
jam 14:00 kita baru bisa masuk Museum BI , disana kita cek dulu tas yang kita
bawa lalu kita membeli tiket dan mengantri (lagi) ,setelah dapat tiketnya kita
tidak langsung masuk tapi kita menitipkan tas dulu karna kita tidak boleh
membawa tas kedalamnya (mungkin karna takut ada yang masukin apa gitu ketas
atau iseng masukin cengkeh ketas ) dengan mengambil no antrian.
Setelah
kita menitipkan barang kita masuk lagi ,lalu memberikan tiket yang kita beli
tadi ke penjaganya, nanti akan diseobek sebagai tanda kita boleh masuk.
Disana
kita berbagi tugas ada yang memotret ,ada juga yang menulis dan mengarahkan,
disana kita hampir sekitar 1 jam an mengelilingi museum BI , setelah dirasa
sudah semua kita keluar menuju ketempat penitipan tas dengan menunjukan nomor
antrian yang sebelumnya dikasih, setelah itu kita berjalan menuju Stasiun
Jakarta kota.
Kita
sekelompok berkumpul di Stasiun Jakarta kota pada jam 15:15 , karena dirasa
kita lapar lagi kita makan lagi dan juga sekalian sholat , lama disana sekitar 45
menitan akhirnya pada jam 16:00 kita pulang menuju kereta kearah bogor, dari
kereta pulang nya berbeda beda , ada yang turun dimanggarai , ada pula yang di
st pasar minggu dan kembali di st pondok cina.
Sejarah Museum
Bank Indonesia
Sejarah
Museum
Museum Bank Indonesia adalah sebuah
museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3,
Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area bekas gedung
Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank
yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama
kali pada tahun 1828.
Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara
telah menjadi pusat perdagangan internasional. Sementara di daratan Eropa,
merkantilisme telah berkembang menjadi revolusi industri dan menyebabkan
pesatnya kegiatan dagang Eropa. Pada saat itulah muncul lembaga perbankan
sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini
kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama.
VOC di Jawa pada 1746 mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De
Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang
lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya.
Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi
dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama berpuluh-puluh tahun bank tersebut
beroperasi dan berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa Kerajaan
Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet 1922.
Masa pendudukan Jepang telah menghentikan
kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa
revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara Republik
Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA).
Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di wilayah NICA sedangkan
"Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah
RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda,
ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat
(RIS). Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara
kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI
menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi
Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia.
Pada Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan
Republik Indonesia sebagai bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada
saat itu, sesuai dengan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB), fungsi bank
sentral tetap dipercayakan kepada De Javasche Bank (DJB). Pemerintahan RIS
tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 17 Agustus 1950, pemerintah RIS
dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada saat itu, kedudukan DJB tetap sebagai bank sirkulasi. Berakhirnya
kesepakatan KMB ternyata telah mengobarkan semangat kebangsaan yang terwujud
melalui gerakan nasionalisasi perekonomian Indonesia. Nasionalisasi pertama
dilaksanakan terhadap DJB sebagai bank sirkulasi yang mempunyai peranan penting
dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Sejak berlakunya Undang-undang
Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953, bangsa Indonesia telah memiliki
sebuah lembaga bank sentral dengan nama Bank Indonesia.
Sebelum berdirinya Bank Indonesia, kebijakan
moneter, perbankan, dan sistem pembayaran berada di tangan pemerintah. Dengan
menanggung beban berat perekonomian negara pasca perang, kebijakan moneter
Indonesia ditekankan pada peningkatan posisi cadangan devisa dan menahan laju
inflasi. Sementara itu, pada periode ini, pemerintah terus berusaha memperkuat
sistem perbankan Indonesia melalui pendirian bank-bank baru. Sebagai bank
sirkulasi, DJB turut berperan aktif dalam mengembangkan sistem perbankan
nasional terutama dalam penyediaan dana kegiatan perbankan. Banyaknya jenis
mata uang yang beredar memaksa pemerintah melakukan penyeragaman mata uang.
Maka, meski hanya untuk waktu yang singkat, pemerintah mengeluarkan uang kertas
RIS yang menggantikan Oeang Republik Indonesia dan berbagai jenis uang lainnya.
Akhirnya, setelah sekian lama berlaku sebagai acuan hukum pengedaran uang di
Indonesia, Indische Muntwet 1912 diganti dengan aturan baru yang dikenal dengan
Undang-undang Mata Uang 1951.
Sistem
Pembayaran
Sistem pembayaran di Indonesia terbagi menjadi
dua, yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai. Dalam Undang-Undang (UU) No.
11/1953 ditetapkan bahwa Bank Indonesia (BI) hanya mengeluarkan uang kertas
dengan nilai lima rupiah ke atas, sedangkan pemerintah berwenang mengeluarkan
uang kertas dan uang logam dalam pecahan di bawah lima rupiah. Uang kertas
pertama yang dikeluarkan oleh BI adalah uang kertas bertanda tahun 1952 dalam
tujuh pecahan. Selanjutnya, berdasarkan UU No. 13/1968, BI mempunyai hak
tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam sebagai alat pembayaran
yang sah dalam semua pecahan. Sejak saat itu, pemerintah tidak lagi menerbitkan
uang kertas dan uang logam. Uang logam pertama yang dikeluarkan oleh BI adalah
emisi tahun 1970. Pada era 1990-an, BI mengeluarkan uang dalam pecahan besar,
yaitu Rp 20.000 (1992), Rp 50.000 (1993), dan Rp 100.000 (1999). Hal itu
dilakukan guna memenuhi kebutuhan uang pecahan besar seiring dengan
perkembangan ekonomi yang tengah berlangsung saat itu.
Foto-Foto Museum Bank Indonesia
Tanda Pengesahan Musium BI ditandatangani DR.H.Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 Juli 2009 di Jakarta
Ruang Pelayanan Nasabah, foto setelah pengembangan tahun 1937.
Logo Bank
Indonesia dari pertama hingga sekarang
Terdapat beberapa pakaian pada zaman dahulu. Pakaian tersebut
merupakan pakaian tentara Indonesia, jepang, dan belanda.
Mata Uang di berbagai daerah
Indonesia
Patung – patung yang
menggambarkan transaksi di masa kolonial Belanda.
GUBERNUR BANK INDONESIA
Mr. Sjafruddin Prawiranegara Mr. Loekman Hakim Mr. Soetikno Slamet
Masa Jabatan : 1953 – 1958 Masa Jabatan : 1958 – 1959 Masa Jabatan : 1959 - 1960
Mr. Soemarno T. Jusuf Muda Dalam Radius Prawiro
Masa Jabatan : 1960 – 1963 Masa Jabatan : 1963 – 1966 Masa Jabatan : 1966 - 1973
Rachmat Saleh Arifin
Siregar Adrianus
Mooy Masa Jabatan : 1973 – 1983 Masa Jabatan : 1983 – 1988 Masa Jabatan : 1988 - 1993
J. Soedradjad Djiwandono Syahril Sabirin Burhanuddin Abdullah
Dokumentasi Perjalanan
Foto keberangkatan bersama kelompok lain
Tempat makan yang sempat kami singgahi
Mr. Sjafruddin Prawiranegara Mr. Loekman Hakim Mr. Soetikno Slamet
Masa Jabatan : 1953 – 1958 Masa Jabatan : 1958 – 1959 Masa Jabatan : 1959 - 1960
Mr. Soemarno T. Jusuf Muda Dalam Radius Prawiro
Masa Jabatan : 1960 – 1963 Masa Jabatan : 1963 – 1966 Masa Jabatan : 1966 - 1973
J. Soedradjad Djiwandono Syahril Sabirin Burhanuddin Abdullah
Masa Jabatan : 1993 – 1998 Masa Jabatan : 1998 – 2003 Masa Jabatan : 2003 - 2008
Boediono
Masa Jabatan : 2008 - 2013
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman yang kami dapatkan dari perjalanan ke Musium Bank Indonesia ini, dapat diambil kesimpulan bahwa selama ini kita hanya bisa memakai mata uang saja tanpa tahu sejarah Sejarah BI dan mata uang Indonesia. Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam hal moneter. Dengan ini sekarang kita bisa tahu sejarah dan macam – macam mata uang di jaman dahulu.
Berdasarkan pengalaman yang kami dapatkan dari perjalanan ke Musium Bank Indonesia ini, dapat diambil kesimpulan bahwa selama ini kita hanya bisa memakai mata uang saja tanpa tahu sejarah Sejarah BI dan mata uang Indonesia. Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam hal moneter. Dengan ini sekarang kita bisa tahu sejarah dan macam – macam mata uang di jaman dahulu.
B.
Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk
mahasiswa, sangat baik bila terus dilaksanakan dari tahun ke tahun, karena
dapat meningkatkan wawasan serta dapat mempererat pertemanan.
Foto keberangkatan bersama kelompok lain
Tempat makan yang sempat kami singgahi
Foto – foto kelompok kami di sekitaran Musium Bank Indonesia
LEMBAR TIKET
Posting Komentar